MAKALAH
BAHASA INDONESIA
Disusun
Oleh
Nama : AGUSTIAR RIVALDI
NPP : 22.0955
Kelas : D-3
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan trhadap kehadirat Allah SWT, sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah Bahasa Indonesia ini. Makalah ini
adalah mengenai EYD khususnya dalam penggunaan tanda baca, yang di masa kini
kurang begitu diperhatikan dan jarang dipergunakan dalam suatu kepentingan yang
non formal.
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
kita tentang seberapa pentingnya penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan
EYD. Penulis sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat beberapa
kekurangan. Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat bermanfaat buat kita
semua.
Jatinangor, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR
ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) .................... 2
1.4 Tujuan ............................................................................................ 2
1.5 Manfaat ......................................................................................... 2
BAB IIPEMBAHASAN
............................................................................... 3
2.1 Pemakaian Tanda Baca .................................................................. 3
2.2 Macam-macam tanda baca ........................................................... 3
2.3
Fungsi tanda baca .......................................................................... 4
2.3.1 Tanda Titik (.) ........................................................................ 4
2.3.2 Tanda Koma (,) ...................................................................... 6
2.3.3 Tanda Titik Koma (;) .............................................................. 8
2.3.4. Tanda Titik Dua (:) ................................................................ 8
2.3.5. Tanda Hubung (-) .................................................................. 9
2.3.6 Tanda Tanya ........................................................................... 10
2.3.7 Tanda Seru (!) ........................................................................ 10
2.3.8 Tanda Kurung ((...)) ............................................................... 10
2.3.9 Tanda Kurung Siku ([...]) ....................................................... 11
2.3.10 Tanda Petik (“...”) ................................................................ 12
2.3.11 Tanda Petik Tunggal (‘...’)
................................................... 12
2.3.12 Tanda Garis Miring (/) .......................................................... 13
2.3.13 Tanda Penyingkat atau
Apostrof (‘) .................................... 13
BAB III PENUTUP......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 14
3.2
Penutup .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi
bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan
tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan
adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah
pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh
pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup, terutama dalam
bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi
rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut.
Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus
1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selam dua puluh
lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada
tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan
pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar
Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen
tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
1.2
Masalah
Pada masalah ini, kami akan menjelaskan bagaimana cara
penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Di sini kami menuliskan macam macam
tanda baca beserta aturan letak penggunaan dan fungsi dari macam-macam tanda
baca tersebut, sehingga kita bisa memahami bagaimana cara penggunaan tanda baca
yang baik dan benar, karena dalam aturan penggunaan tanda baca, banyak sekali
masalah masalah penulisan tanda baca yang kurang tepat sehingga terkadang sulit
untuk memahami isi tentang tulisan yang ditulis dalam sebuah karya tulis.
1.3
Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek, yaitu:
1.
Pemakaian
Huruf
2.
Penulisan
Huruf
3.
Penulisan
Kata
4.
Penulisan
unsure serapan
5.
Pemakaian Tanda Baca
1.4
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai dari penulisan karya
tulis ini adalah:
1.
Dapat
memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada
2.
Dapat
memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
3.
Dapat
membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
4.
Dapat
memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar
1.5
Manfaat
Dengan diselesaikanya makalah ini, kami dapat memberikan
manfaat antara lain
1.
Dapat
menulis karya ilmiah dengan Ejaan tanda baca yang benar
2.
Dapat
menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada
3.
Dapat
memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya ilmiah yang baik dan
benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pemakaian Tanda Baca
Dalam hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan
tanda baca sering muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita
lalai dan melakukan kesalahan dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan
atau karya ilmiah kita menjadi sebuah karya yang kurang baik karena ada
kesalahan dalam penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu, sebenarnya para
penulis karya ilmiah mampu untuk membuat tulaisanya, akan tetapi mereka sering
lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca. Karena apa, tanda baca selalu di
anggap sepele dalam penggunaanya sehingga kadang menjadikan kalimat itu menjadi
rancu dan berbeda arti. Suatu contoh kita ambil kalimat “kucing makan tikus
mati”. Dalam konteks kalimat ini jika tidak kita beri pemisah tanda baca maka
akan menjadikanya sulit untuk dipahamai. Dari kalimat “kucing makan tikus mati”
siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?, akan tetapi apabila kita ganti
konteks kalimat ini dengan pemberian tanda baca seperti ini ”kucing makan,
tikus mati”, siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?, kemudian apabila
kita gunakan konteks kalimat ini ”kucing makan tikus, mati”, siapakah yang mati
dalam konteks kalimat ini?. Kucing makan tikus mati adalah salah satu contoh
kalimat yang banyak persepsi apabila kita salah menggunakan tanda bacanya. Oleh
karena itu, pemakaian tanda baca dalam penyusunan kalimat sangat perlu untuk
diperhatikan.
2.2
Macam-macam tanda baca
Tanda tanda baca yang dipakai dalam penuisan yaitu:
1)
Tanda
titik(.)
2)
Tanda
koma(,)
3)
Tanda
titik koma(;)
4)
Tanda
titik dua (:)
5)
Tanda
hubung(-)
6)
Tanda
pisah (_)
7)
Tanda
elipis(…)
8)
Tanda
Tanya(?)
9)
Tanda
seru(!)
10)
Tanda
kurung((…))
11)
Tanda
kurung siku([…])
12)
Tanda
petik ganda(“…”)
13)
Tanda
petik tunggal(‘…’)
14)
Tanda
garis miring(/)
15)
Tanda
penyingkat(‘)
2.3 Fungsi tanda baca
Dari macam-macam tanda baca yang telah disebutkan tadi,
masing masing tanda baca memiliki fungsi dan kegunaanya masing-masing.
2.3.1
Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
-
Ayahku
tinggal di Solo.
-
Biarlah
mereka duduk di sana.
-
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
2. Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
Catatan:
Tanda
titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka
atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul
1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20
detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar,
Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa
itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa
yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
7. Tanda titik tidak dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan
jumlah.
Misalnya:
Ia
lahir pada tahun 1956 di Bandung.
8. Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel,
dan sebagainya.
Misalnya:
Acara
kunjungan Adam Malik
9. Tanda titik tidak dipakai di
belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya:
Jalan
Diponegoro 82 (tanpa titik)
2.3.2
Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat
biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh
kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi
bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya
tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia
lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia
tahu bahwa soal itu penting.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata
atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk
di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
...
Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain
yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata
Ibu, “ Saya gembira sekali.”
8. Tanda koma dipakai di antara (i)
nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i)
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii)
Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan
bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana,
Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2.
Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10. Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden
RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua
siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan
suara.
12. Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
13. Tanda koma dapat dipakai––untuk
menghindari salah baca––di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
14. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“
Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
2.3.3
Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam
makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai
sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah
mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal
nama-nama pahlawan nasional.
2.3.4.
Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua
: Moch. Achyar
Sekretaris
: Tati Suryati
2. Tanda titik dua dipakai (i) di
antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab
suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v)
Tempo, I (34), 1971:7
(vi)
Surah Yasin:9
3. Titik dua dapat dipakai dalam teks
drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah
: “Karyo, sini kamu!”
4. Titik dua dapat dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak
Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
2.3.5.
Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku
kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun
demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut.
2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur
kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak,
kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
3. Tanda hubung menyambung huruf dari
kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan
huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia,
se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash,
pen-tackle-an
2.3.6
Tanda Tanya
1. Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan
ia berangkat?
2. Tanda tanya dipakai di dalam kurung
untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia
dilahirkan pada tahun 1983 (?).
2.3.7
Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai pada akhir
kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
2. Tanda seru dipakai pada akhir
ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
2.3.8
Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi
A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang
pleno tersebut.
2. Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun
terakhir.
3. Tanda kurung mengapit angka atau
huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4. Tanda kurung mengapit huruf atau
kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata
cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
2.3.9
Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf,
kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan
atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang
Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35––38]) perlu dibentangkan di sini.
2.3.10
Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya
belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik mengapit judul syair,
karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak
“Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
diterbitkan dalam harian Tempo.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah
yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat
ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan
“jomblo”.
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
2.3.11
Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan
yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa
letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna,
terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
2.3.12
Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam
nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No.
12/PK/2005
Jalan
Kramat III/10
2. Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120
km/jam
2.3.13
Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung
pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17
Agustus ’45 (’45 = 1945)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
a) Penggunaan tanda baca perlu
diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
b) Masing masing tanda baca memiliki
aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus cermat dalam
menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang telah di
tetapkan
c) Penggunaan ejaan yang disempurnakan
(E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah agar sebuah karya
tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami.
d) Dari berbagai macam kesimpulan, maka
penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar
penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah
dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.
3.2 Saran
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti
halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah
ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan
kita dan pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar
yang tentu saja sesuai dengan EYD.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihastuti, dkk. 2006. Editor
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Finoza, Lamudin. 1993.Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka.
sangat membantu, thanks
BalasHapusnice blog! :)
KAMU CANTIKI
BalasHapuspenjelasan yang sangat relevan juga bermanfaat. support terus!!!!!
BalasHapus